Petirtaan Jolotundo Yang Katanya Membuat Awet Muda


Minggu pagi 3 Februari 2013 cuaca di sekitaran rumah kami agak mendung, tapi sepertinya tidak akan hujan. kok tahu? ya kira-kira aja deh he..he..he... Minggu ini sebenernya gak ada rencana mau kemana-mana, karena kondisi keuangan menipis, belum juga gajian, jadi harus bertahan sampa waktu gajian datang baru bisa jalan-jalan seperti biasanya.

Tapi rasa bosan dirumah yang gak ada kegiatan apa-apa terus mengganggu kami untuk segera menghilangkan kebosanan tersebut, si nyonya (istri) dan si kecil Aira inginnya jalan-jalan ke mall, cuma jalan-jalan aja loh PA, kata istriku, gak minta apa-apa deh, daripada bosan, ke Ramayana yuk mumpung koin untuk bermain di zone 2000 masih ada, Aira pasti seneng deh, sambung istriku. Huh, jalan-jalan tok apanya, bisa tekor nih, bisa-bisa beli baju yang belum tentu nanti dipakai, udah tahu kondisi keuangan menipis, aku sedikit membatin.




Melihat kondisi istri dan anak ku yang udah gak betah dengan kebosanan ini, tanpa pikir panjang aku ajak mereka, gimana kalo kita ke gunung belakang rumah itu, kita tiap pagi melihat gunung itu tanpa pernah mengnjunginya, aku sedikit kasih saran ke mereka berdua, akhirnya istri dan anak ku setuju. Gunung belakang rumah yang kami maksud itu adalah gunung penanggungan yang terletak di Ngoro Mojokerto.

Dari rumah kami menuju Gunung Penanggungan itu gak sampe 1 jam naik motor. Yang saya ingat di gunung itu ada 2 tempat yang cocok untuk di kunjungi, yaitu candi jedong dan petirtaan Jolotundo. Akhirnya kami sepakat ke jolotundo, yang terakhir kali saya mengunjunginya ketika masih SMP sekitar tahun 1995an.

Sekitar 10 pagi yang tidak terlalu panas, karena memang agak mendung, kami sedikit kwatir jika di jolotundo nanti hujan, tapi rasa ingin mengusir kebosanan ini sangat kuat sehingga hujan gak hujan kami tetep berangkat, untuk anak dan istri sebelumnya belum pernah ke gunung penanggungan baik yang di jedong maupun yang di jolotundo.

Jujur saja saya sendiri agak lupa jalannya, maklum udah 18 tahun yang lalu baru bisa ke situ lagi. tapi dengan mengikuti petunjuk ke arah PPLH Seloliman kita bisa dengan sendirinya akan sampai ke Candi atau Petirtaan Jolotundo tersebut. Lokasi PPLH Seloliman ini di bawah petirtaan Jolotundo, jadi kalau mau ke Petirtaan Jolotundo kita pasti melewati PPLH Seloliman, Dari PPLH Seloliman sekitar 700 meter menuju ke atas kita udah sampai di gerbang masuk Petirtaan Jolotundo.

Seperti biasanya dengan naik Vario kesayangan, kami bertiga berusaha menikmati segarnya udara sepanjang jalan menuju pegunungan, sebelumnya kami sempat berhenti di indomaret yang ada di perempatan Ngoro Industri, untuk mengambil uang, karena persiapan yang terburu-buru jadinya kami tidak ingat sama sekali ternyata di dompet cuma ada uang 3000 aja he..he..he..... Setelah ambil uang hasil transaksi di Tokopedia dan membeli dua ice cream kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Petirtaan Jolotundo.

Sedikit terasa kwatir ketika sampai di depan PPLH Seloliman, udara yang lumayan dingin, mendung sedikit agak gelap begitu juga aura mistik yang terasa seperti berada didunia lain ini sempat mengganggu pikiran istriku, dia agak ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan, Saya sendiri juga agak ragu, apa kuat Vario ini naik ke Jolotundo.

Tapi rasa penasaran istriku tentang Petirtaan Jolotundo yang konon bisa Membuat awet muda kalau mandi di petirtaan tersebut yang sebelum berangkat saya ceritain itu membuatnya untuk tidak ragu untuk melanjutkan perjalanan. Cuma saya masih tetep kwatir dengan tanjakan yang lumayan menanjak itu.

Akhirnya sampai juga di gerbang loket pembayaran pintu masuk, yang artinya tinggal 100 meter lagi sampai ke lokasi petirtaan Jolotundo. Untuk Masuk ke Area Petirtaan Jolotundo dikenain biaya Rp.6000,- untuk dewasa dan Rp.4.000,- untuk anak-anak. Setelah membayar tiket untuk 2 orang kami langsung melanjutkan perjalanan yang tinggal kurang lebih 100 meter itu. tapi bagi saya 100 meter itu seperti 1 KM.

Bener saja, baru berjalan sekitar 20 meter Si Vario udah gak kuat naik, alhasil anak dan istriku aku suruh turun dari motor, setelah si vario udah bisa kuat naik aku suruh mereka berdua naik motor lagi. Gak tahunya setelah sekitar 50 meter jalan ternyata si Vario gak kuat menanjak lagi, jadinya aku suruh turun lagi mereka, duh kasian istri dan anakku. Selangkah lagi kami akan sampai di Petirtaan Jolotundo, mengingat tanjakan terakhir ini lebih tinggi, membuat kami merasa "awang-awangen" untuk naik pakai motor, akhirnya kami putuskan untuk istirahat sejenak di warung-warung yang ada disekitar.

Sambil istirahat, kami makan ice cream yang kami beli sebelumnya, walaupun udara lumayan dingin tapi rasa ice cream tetep nikmat.

Gerimis pun akhirnya turun, tapi cuma sebentar, di warung tersebut ternyata banyak juga yang istirahat ada sekitar 12-an orang yang ternyata juga berasal dari desa tetangga tempat kami tinggal. Mereka juga tidak kuat naik ke tanjakan terakhirnya dengan sepeda motornya. Setelah ice cream habis, kami semua termasuk teman-teman dari desa tetangga itu memutuskan untuk memarkir motornya di warung dan naik ke Petirtaan dengan jalan kaki.




Sampai juga akhirnya kami semua di Petirtaan Jolotundo yang saat itu lumayan ramai, banyak yang mandi di petirtaan itu, termasuk istriku, sedangkan Aira hanya duduk di pinggiran kolam sambil lihat-lihat ikan yang lumayan besar.


Di Area ini, selain petirtaan juga ada bangunan lain yang mirip candi, juga ada bangunan kuno yang batunya belum bisa tersusun membentuk candi, sehingga terkesan seperti bekas reruntuhan rumah.

Secara keseluruhan obyek wisata ini cukup bersih dan terawat, tetapi ada satu bangunan semacam pendopo di bagian paling atas yang sebagian atapnya sudah ambruk, mungkin kayunya lapuk sehingga tidak di anjurkan anda untuk ke bangunan ini. Suasana pengunungan yang sejuk membuat kami betah untuk berlama-lama, berhubung lagi musim penghujan kami tidak akan berlama-lama di lokasi tersebut, takutnya kalo lagi hujan seperti ini jalanan bisa menjadi licin, belum lagi kalo tiba-tiba tebing sepanjang jalan bisa longsor.


Untuk Sejarah tentang Candi atau Petirtaan Jolotundo ini saya pribadi tidak tahu, tapi di internet banyak informasi tentang Petirtaan Jolotundo ini. Bagi kalian yang ingin mengunjungi Candi atau Petirtaan Jolotundo ini, ikuti saja arah ke tempat PPLH Seloliman, di sepanjang jalan banyak petunjuk arah yang menunjukkan lokasi PPLH Seloliman itu, Dari PPLH Seloliman anda bisa naik lagi sekitar 500 - 700 meter lagi untuk bisa sampai ke Petirtaan Jolotundo. Atau coba anda klik disini untuk lokasi pastinya Petirtaan Jolotundo di Google Map.

Di waktu-waktu tertentu Petirtaan Jolotundo ini sangat ramai, bahkan sampai dini hari mereka-mereka yang berharap awet mudah dan dapat berkah mandi bareng di Petirtaan tersebut tanpa takut kedinginan. Di bagian atas ada tempat untuk semedi atau sejenisnya, setidaknya seperti yang di katakan salah seorang pengunjung yang setelah kami tanyai berasal dari Krian Sidoarjo. Orang tersebut beberapa tahun sebelumnya sama istrinya bahkan pernah sampai jam 3 pagi baru pulang dari Jolotundo hanya untuk mengejar keyakinannya dengan mandi air di petirtaan tersebut.

Percaya gak percaya ini adalah mitos yang ada di petirtaan jolotundo. Bagi saya pribadi menikmati wisata alam itu sangat menyenangkan dan menghilangkan rasa stress karena aktifitas di kota pahlawan yang begitu padatnya. Disamping itu sebagai perwujudan untuk mensyukuri dan menikmati keindahan ciptaan Allah SWT.

No comments:

Post a Comment